Selasa, 22 Mei 2012

cerpepat (cerita pendek dan cepat) : KEHILANGAN


KEHILANGAN



Ayahku adalah seorang businnesment yang kaya raya, juga seorang kepala mafia, aku kehilangan ibuku saat ku berumur 8 tahun dan hanya ayah yang menyayangiku setelah ibu tiada, ayahku bagaikan butiran H2O dalam kehidupanku, bagaikan glukosa disetiap hariku, yang menunjukkan cahaya yang takkan pernah redup tertutup pelupuk mata, aku anak yang sangat beruntung diantara teman-temanku namun aku juga anak yang malang diantara teman-temanku.
”karina, karina, karina”, suara yang telah lama takku dengar, kini kembali kudengar lagi, tepat pada saat ku merasa kehilangan, kehilangan kasih sayang, ku teliti suara yang menyeru-nyeru namaku, dan kutemukan suatu titik terang dari suara itu dan menemukan jawaban bahwa suara itu suara ayahku, seketika ku keluar dari kamar, berlari secepat kendaraan nabi MUHAMMAD SAW menuju langit ketuju yaitu BOROK, secepat apa pun yang ada di dunia, untuk memeluk ayah yang ku rindukan, ternyata sudah  5 tahun kami tak berjumpa sejak umurku 12 tahun. Dengan semangat penuh ku jawab pangilan yang menyeru namaku
”ya yah........karin datang”, kutatap wajah yang kurindukan, dengan rasa syukur kepada ALLAH SWT, aku masih diizinkan bertemu dengan ayah, senyum manis yang kurekahkan untuk ayah dibalas ayah dengan senyuman termanisya, namun langkahku terhenti ketika melihat banyak orang yang mengikuti langkah kaki ayah, dalam hatiku bertanya, siapa mereka, mengapa mereka mengikuti ayah ku, apa salah ayahku, bukankah ayahku adalah orang terhebat di dunia ini, namun keheningan dipecahkan dengan suara ayah yang bertanya,
”bagaimana sekolahmu rin, apa karin nyaman, apa ada orang yang mengganggu karin, apa karin senang sekolah di sma yang sekarang, apa karin”, pertanyaan ayah bagai serdadu bom menghujam tubuhku, seketikaku jawab,
”ayah pertanyaannya kenapa diborong semua, karinkan susah mau jawab yang mana dulu”, dengan senyumku yang manis ayah pasti tau apa jawabku, rasanya baru saja ayah datang melihatku tapi ternyata ayah ingin pergi lagi ke luar negri untuk urusan bisnisnya tersebut.

Ya ya ya tak ada yang dapat ku lakukan selain merintih meminta kasi sayang, aku bagai hidup di dunia khayalan, apa yang ku inginkan seketika jadi kenyataan, namun mengapa hanya kasih sayang takku dapatkan, ya aku mengerti papa adalah seseorang yang begitu sukses, begitu sibuk tapi mengapa hanya kasih sayang tak dapat ia berikan, kemana butirah H2O yang slama ini diberikan, mungkin aku harus mencoba mengerti.
Aku sekarang duduk di kelas 2 sma, dan masih mencari-cari cinta, namun saat aku mulai menemukan cinta dan tertatih mengenal cinta, seorang leleki mengikatku dengan magnet, membuatku terhipnotis, dan terjebak akan kata cinta, ia adalah kakak kelasku, namanya SYABI PUTRA PERDANA, ya belum sempat ia tahu bahwa aku mencintainya, ia pergi bagai debu tertiup angin, aku tak tahu keberadaannya, kubiarkan cintaku hilang.
Sudah lama ku ingin menghilang dari muka bumi ini, pergi menyusul ibu ke surga langit, hingga ayah tak perlu mencari uang dan berbisnis,namun rasa itu seketika hilang saat aku menatap redup wajah ayah, perdebatanku dengan hatiku dapat ku akhiri.
Langit mulai gelap, matahari berada di ujung barat, udara malam kembali menyapa tubuh yang hangat, ku duduk di balkon kamarku, dengan sebuah teleskop berdiri kokoh didepanku, namun suara adzan menyeru, menghentikan lamunanku, bergegasku pergi meninggalkan balkon kamarku, masuk kekamar dan mengambil mukena yang biasa kugunakan, ku ajak para pekerja untk mengentikan pekerjaannya dan menemaniku dimusholah di pekarangan rumahku, enatah mengapa iar mataku menetes, jika melihat bunga yang berada di samping musollah rumahku, seakan mengingatkanku pada memori terdahulu.
”non putri”, panggilan bibi menghentikan tetesan air mataku
”iya bi ada apa”, suaraku terdengar serak namun tak ku hiraukan, seandainya bibi menyadari bahwa suaraku serak dia tak kan berani menanyakan kenapa pada diriku,
”non putri, tempat untuk non sholat sudah dibersihkan, dan sudah bisa dipakai sekarang, silahkan non masuk”,
Dari dulu semua yang kulakuka harus diperiksa keamanannya, agar tak mencelakaiku, itu pesan ayah pada para anak buahnya, namun satu hal yang tak pernah kuizinkan dan sangatku tentang yaitu aku diikuti oleh orang-orang suruhan ayah walau pun katanya hal itu demi keamananku namun tetap saja hal itu membuatku tidak leluasa, malam ini tak berbeda jauh dari biasanya, ya dimeja panjang, megah penuh dengan makanan lezat, aku hanya duduk sendiri seperti anak tanpa keluarga, makanan yang begitu melebihi porsi untuk atu orang ini, bagai mana mungkin aku dapat mengabiskan semua yang ada dimeja ini aku ini bukan gojila dan juga bukan anak yang belum makan 2 tahun, tapi ini semua perintah ayah agar aku dimanjakan dirumah ini, sebagai pengganti ayah walau pun sebenarnya takkan pernah bisa kemanjaan yang aa dirumah ini menggantikakemanjaan ayah yang sesungguhnya, enggan rasanya bibir atas ini berpisah dengan bibir bawah hingga membentuk oval dan memasukkan butir-butir nasi kedalam mulut ini hingga lidah dapat melakukan pekerjaannya, tersentakku akan kerasnya suara dari luar rumahku, bergegasku lari menuju luar namun para pesuruh ayah tak mengijinkanku mendekat karna ada bentrokan antara warga dengan warga, namun aku mempunyai inesiatif yaitu melihat dari balkon atas rumah tepatnya balkon tingkat 4 rumahku, namun sedikit pun tak terlihat kericuhan dari luar rumah karna jarak rumahku dan gerbang rumahku teramat jau bahkan jika berjalan kaki sangat amat melelahkan, ku coba berlari dan terus berlari kedepan walau pun para pesuruh itu melarangku namun akhirnya mereka memperbolehkan dengan syarat aku berada di tengah mereka, kami pergi menuju gerbang kira-kira ada 6 orang yaitu aku dan 5 para pesuruh, aku berdiri kira-kira 3 meter dari gerbang rumahku dan melihat kericuhan itu, ada sesosok wajah yang kurindukan dar kerumunan warga yang bentrokan itu, lama kupandang bias wajah itu, dan tercetak beberapa huruf dari otakku hingga membentuk sebuah kalimat, dia adalah syabi putra, lelaki yang kucinta yang hilang bagai tertiup debu, ku panggil ia dengan suaraku yang bergema-gema namun wajah itu sesaat hilang dari pandangan, oh tuhan aku menyesali hidupku yang tak dapat mengejar cintaku.
Malam ini aku tak dapat tidur masih terpikir akan bias-bias wajah abi yang kurindukan, malam ini rasa senang bahagia sedih gelisah bercampur menjadi satu, ya allah ada apa dengan cintaku yang mulai kuhilangkan dari pikiran ini kembali kau hadirkan, dengan kehadirannya yang beberapa detik dapat mengalihkan semua prinsip yang sudah ku pegang, seberapa besar dia dapat mempengaruhiku, ya allah ada apa dengan hatiku ini dia tak dapat berkompromi. Malam ini aku tak dapat memejamkan mata walau hanya 1 detik, mungkin inilah virus cinta yang sudah menyerang hatiku hingga terkena penyakit kanker rindu stadium akhir dan hanya terobati jika melihat wajahnya, suara azan subuh memecahkan pikiran-pikiran anehku, ku ambil wudhu dan sholat di dalam kamarku, meminta pada allah agar aku diberi jalan yang terbaik, dan jika memang dia adalah jodoh terbaikku maka pertemukan lah aku dengannya dan jika dia bukan jodohku maka jauhkanlah aku darinya.

Akhirnya bias-bias wajah itu mulai memudar dari pikiranku, bergegasku menuju lantai 1 dan bersiap-siap pergi kesekolah tercintaku, usai makan aku menuju mobil dan masih dengan 2 pengawal berbaju hitam dan mengenakan kaca mata hitam yang membuat aku seperti nara pidana diikuti polisi, untung saja para penghuni sekolah sudah terbiasa akan hal itu dan bukan aku saja yang di kawal masih banyak teman-temanku yang dikawal namun pengawal mereka hanya 1, setelah pintu mobil dibuka aku masuk dan mobil berjalan, kusuruh mobil berjalan perlahan mana tau aku menemukan abi di pinggiran kota ini, namun sampai di gerbang sekolah aku tak menemukan abi, pintu mobil kembali dibuka dan aku keluar mobil pergi masuk menuju kelas, meninggalkan sesuatu yang belum aku temukan dan masih kunantikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar